Ambon, Tribun-Maluku.com : Rencana pembangunan kawasan pelabuhan dan ekonomi khusus di Kota Ambon di atas lahan sekitar 250 hektar merupakan bagian dari kegiatan tol laut.
“Sudah ada rencana, semua terkonsentrasi bisnis di dalam kawasan pelabuhan yang akan dibangun, sebab tidak akan mengganggu masyarakat umum yang lalu-lalang seperti yang terlihat di pelabuhan Yos Soedarso Ambon sekarang ini,” kata Manager SDM PT.Pelindo IV Cabang Ambon Ramdan Affan di Ambon, Kamis (14/4).
Dia mengatakan, kalau sampai rencana pengembangan pelabuhan Ambon ini bisa terwujud maka sudah pasti terciptanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Maluku dan Ambon khususnya dengan menarik ribuan tenaga kerja.
“Sudah pasti akan diberdayakan potensi-potensi lokal yang akan menyambung semua di kawasan pelabuhan yang menurut rencana disertai kawasan pabrik,” ujarnya.
Dengan demikian dampak tingkat perekonomian Maluku akan terus berkembang, lanjutnya, sebab kalau arus barang masuk ke pelabuhan Ambon semakin banyak menandakan tingkat ekonomi terus bertumbuh.
Karena itu rencana pengembangan pelabuhan Ambon dalam menghadapi kegiatan tol laut hingga ke Papua.
“Seperti yang sudah terjadi di Provinsi Papua sudah dilaksanakan kegiatan ekspor langsung, mudah-mudahan itu bisa berjalan lancar dan akan terjadi juga di Ambon,” katanya.
Karena itu PT.Pelindo empat akan dijadikan personasi, yakni wilayah Papua, Maluku dan Makasar, seperti misal pengiriman barang ke Papua tidak lagi mengandalkan Pulau Jawa sebagai sentral tetapi bisa saja melalui Makasar yang melewati pelabuhan Ambon dengan menghemat biaya bisa mencapai 30 hingga 40 persen.
“Itu adalah salah satu dari pikiran Direksi Pelindo guna menekan biaya pengiriman barang,” ujarnya.
Seperti misalnya kegiatan ekspor impor, lanjutnya, tidak hanya di lakukan di Surabaya atau Jakarta tetapi bisa saja dari Ambon atau Papua dan itu juga menghemat biaya.
“Misalnya saja ekspor ikan keluar negeri sudah pasti harga turun sebab lama di perjalanan yang turut mempengaruhi mutu ikan dan itu pasti, tetapi kalau langsung dari Papua atau Ambon harga tetap mahal sebab prosesnya secara langsung seperti misalnya ke Jepang,” ujarnya.