Ambon ,Tribun-Maluku.com : Meskipun pembangunan Rumah Sakit (RS) Siloam baru sekedar dicanangkan oleh Pemerintah Kota Ambon, namun alangkah baiknya pembangunan rumah sakit Siloam harus di hentikan karena tidak di setujui berbagai pihak.
“Rumah Sakit bertaraf internasional itu dihentikan. Belakangan ini baru ketahuan, jika pembangunan RS Siloam yang bermukim di areal pantai Desa Galala itu tidak disetujui berbagai pihak salah satunya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang turut mengambil andil dalam melakukan survey tersebut,” hal ini di ungkapkan Guru Besar Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Pakar Lingkungan Prof. Semi Khouw kepada wartawan di Ambon, Senin (1/9).
Dilain sisi, Pemerintah Kota Ambon justru seenaknya memberikan dukungan atas pembangunan RS tersebut tanpa melihat bahaya dan dampak alam Kota Ambon kedepannya.
Semy menjelaskan untuk Pulau Ambon dalam jangka waktu satu tahun permukaan Laut akan mengalami kenaikan berkisar 29 Cm, hal ini disebabkan oleh Reklamasi pesisir Pantai bahkan yang kini menjadi fenomenal adalah Pemanasan Global dan Rumah Kaca termasuk semakin mencairnya Es di Kutub Utara sehingga akan mengalami pertambahan debit air di Laut termasuk di Maluku dan Kota Ambon.
Dirinya meminta agar masyarakat yang bermukim disekitar Daerah Negeri Rumah Tiga, Wayame hingga Laha harus berhati- hati dalam pembangunan rumah sebagai tempat tinggalnya. Karena efek dari pembangunan dari Rumah sakit Siloam akan terjadi pengeringan dan penyempitan gerakan air laut.
“Belum lagi dengan adanya pembentukan sedimental pada tiang pancang Jembatan Merah Putih yang sebenarnya memiilki efek yang kurang baik karena berada pada Patahan pada areal Tanjung Martafons,”katanya.
Untuk diketahui bersama, Kota Ambon dalam seharinya selalu diguncang gempa sebanyak 200 kali, namun gempa yang mengguncang Kota Ambon berskala kecil sehingga tidak terasa, Namun apabila gempa mencapai 6 SR maka dipastikan patahan yang berada diantara Poka dan Galala akan patah, (TM-06).