Ambon, Tribun-Maluku.com : Pemerintah Provinsi (Pemprov) Maluku mempersiapkan penyelenggaraan upacara dalam rangka memperingati HUT pahlawan nasional Thomas Matulessy yang bergelar Kapitan (Pangliman Perang) Pattimura di Saparua, Kabupaten Maluku Tengah, 15 Mei 2014.
Kabid Cipta Karya Dinas PU Maluku, Kasrul Selang saat dikonfirmasi dari Ambon, Selasa (6/5), mengatakan, telah berada di Saparua untuk mempersiapkan perayaan HUT ke-197 Pahlawan Pattimura.
“Kami diarahkan Gubernur Maluku, Said Assagaff agar berkoordinasi dengan Pemkab Maluku Tengah maupun Pemkot Ambon untuk mempersiapkan perayaan HUT pahlawan nasional Pattimura,” ujarnya.
Upacara perayaan yang dipusatkan di lapangan Pattimura di Saparua dilatar belakangi Benteng Duurstede dan diaroma Pattimura.
Begitu pun, prosesi pembakaran obor Pattimura yang dilaksanakan melalui gesekan kayu oleh tua – tua adat di Gunung Saniri.
Di Gunung Saniri Pattimura dan kawan – kawan menyepakati untuk menyerang benteng Duurstede dan berhasil mendudukinya.
Saat penyerangan ke benteng pertahanan Belanda itu diduduki dan hanya anak dari Residen Belanda, Johannes Rudolph van den Berg yakni Jean Lubbert van den Berg yang selamat.
“Jadi perayaan HUT pahlawan nasional Pattimura itu harus dirampungkan sejak dini agar penyelenggaraannya hikmah dan sukses,” ujar Kasrul.
Sebelumnya, Wali Kota Ambon, Richard Louhenapessy mengakui telah menyurati Gubernur Maluku, Said Assagaf untuk mengalihkan lokasi perayaan HUT Pattimura yang biasanya di Kota Ambon ke Saparua.
“Kesepakatan tersebut dilakukan atas pertimbangan keamanan menjelang pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) pada 9 Juli 2014,” katanya.
Richard mengatakan, perayaan HUT Pattimura walaupun tanpa menggunakan api induk yang dibawa secara berantai dari Saparua ke Ambon oleh para pemuda, tetapi diharapkan perayaan dilakukan dalam suasana kebathinan di bawah tugu Pattimura di Ambon.
“Suasana kebathinan 15 Mei tetap ada, walaupun lokasi dialihkan tetapi kita dekorasi seperti tahun sebelumnya, agar warga kota Ambon tetap merasakan suasana perayaan,” ujarnya.
Penyelenggaraan di Kota Ambon, lanjutnya, hanya dilakukan malam perenungan di kawasan Pattimura Park.
Pertimbangannya, insiden bentrokan antarwarga jelang perayaan pada 2012 menjadi catatan penting pelaksanaan upacara Pattimura.
“Pelaksanaan upacara harus dikaji dari sisi pertimbangan faktor sosial serta keamanan, bukan hanya prosesi ritual adat karena insiden seperti ini tidak dapat diprediksi,” kata Richard. (tm/ant)