Ambon, Tribun Maluku. Pengurus Provinsi (Pengprov) Taekwondo Indonesia (TI ) Maluku merasa prihatin dan gelisah karena proses keikutsertaan atlit Taekwondo, yang mayoritas di rekrut dari pada atlit Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) yang di bina oleh Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Maluku.
Atlit Taekwondo yang di bawah ke kejuaraan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas) tidak satupun yang dapat menghasilkan medali.
Ini menandakan bahwa PPLP dalam rangka mempersiapkan atlit Taekwondo yang menuju ke POPNAS itu tidak membawa hasil yang baik dan gagal dalam menyumbang medali,” kata Hengky Pelata, Ketua TI Maluku pada wartawan di Ambon, Senin (18/09/2023).
Pelata yang juga Anggota Komisi IV DPRD Maluku itu mempertanyakan kenapa PPLP Taekwondo Maluku selalu gagal dalam setiap kejuaraan ? Ini karena Teleskoting atau seleksi dalam rekrutmen atlit PPLP itu di rekrut dari siswa – siswa yang ada di kabupaten kota.
“Teleskoting dalam rekrutmen atlit itu tidak dalam standar, karena tidak menunjukan rasa keadilan dimana kecenderungan merekrut PPLP itu hanya di Kota Ambon, Maluku Tengah (Malteng) dan bagian Daerah Pulau Seram. sedangkan bagian Tenggara Raya tidak di rekrut,” ungkapnya.
Dia menyayangkan teleskoting itu dilakukan oleh pihak Pelatih, pihak yang melakukan Teleskoting. “Kami sebagai Ketua Taekwondo tidak tau rekrutmen itu tanggal berapa, dimana dan kapan seleksinya dan mekanismenya seperti apa,” kesal Pelata.
Selanjutnya kata Pelata, sementara mereka yang ada di PPLP itu adalah atlit Taekwondo Maluku. Sudah tentu dalam Standard Operating Prosedure (SOP) Taekwondo itu harus melalui proses koordinasi dengan Pengurus Provinsi TI Maluku.
Efeknya adalah para atlit yang di rekrut itu tidak melalui sebuah tahapan yang prosedural. Pertanyaannya adalah, kan rekrut ini butuh anggaran dan sudah pasti PPLP di biayai oleh anggaran yang tersediah, baik itu dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Maluku yang di ploting lewat Dispora Maluku.
Hal ini kata Politisi Partai Hanura Maluku itu yang menunjukan bahwa kegagalan PPLP khusus Taekwondo itu selalu terjadi dalam setiap kejuaraan di tingkat Nasional.
Ini tersebut perlu di evaluasi kanapa selalu gagal dan itu soal teleskoting dan juga rekrutmen pelatih.
Pelatih yang dipilih juga harus lewat koordinasi yang baik dengan Pengprov TI Maluku, tetapi nyatanya tidak .
“Pelatih yang direkomendasikan PPLP itu atau dari Dispora Maluku itu bukan rekomendasi dari dirinya sebagai Ketua TI Maluku,” herannya.
Dikatakan, hasil Musyawarah Nasional (Munas) TI beberapa waktu lalu menyepakati bahwa kedepan Pengprov TI Maluku akan menata hal itu, agar lebih baik lagi dalam membina dan melatih para atlit PPLP Taekwondo Maluku.
Kedepan dalam rekrutmen perlu ada asas keadilan, juga dari sisi kwalitas. Karena pelatih yang di pakai PPLP itu pelatih yang tidak bisa memproduksi juara, walaupun mereka adalah para senior atlit.
“Seingat Pelata, dulunya setiap rekrutmen atlit dan pelatih itu saya yang menandatangani rekomendasi, namun sampai hari ini kan Dispora lewat KONI membuat Tes tanpa ada koordinasi dengan saya sebagai Ketua TI Maluku,” ungkapnya.
Akibat dari ini maka kegagalan PPLP terutama Taekwondo dalam POPNAS Palembang kemarin mengalami kegagalan karena di diliputi oleh faktor-faktor tersebut.
“Untuk itu, ke depan kondisi ini dirubah sehingga bisa menjadi lebih baik lagi, begitu juga dengan bidang-bidang yang lain juga harus di evaluasi,” tutup Hengky Pelata.