Engelina Pattiasina |
Ambon, Tribun-Maluku.com : Direktur Archipelago Solidarity Foundation, Dipl.-Oek. Engelina Pattiasina mengatakan belum pernah mendeklarasikan untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Maluku pada 2018. Namun, kalau rakyat meminta, maka akan mempertimbangkan secara matang.
“Sejauh ini kami masih melihat seperti apa permintaan dari rakyat Maluku. Tapi, memang ada dorongan yang kuat untuk itu. Tapi, yang lebih penting lagi, terobosan apa yang bisa dilakukan. Jangan sampai, nanti sudah dapat kekuasaan, justru tidak tahu mau buat apa? Ya jadinya datar-datar saja. Ini kan yang terjadi di tempat lain,” ujar Engelina terkait kesiapannya mengikuti Pilgub Maluku via telepon seluler, Minggu (16/4).
Selain itu, kata Engelina, juga masih mempertimbangkan dukungan dari partai politik. Namun, dia mengakui kalau sudah ada beberapa komunikasi dengan partai politik.
“Ada yang sudah terjalin, tetapi juga ada yang sedang berproses. Kita coba simultan, untuk mengetahui harapan dari partai politik baik di Maluku maupun di Jakarta,” katanya.
Ditanyai kemungkinan untuk calon independen, Engelina menjelaskan, sistem memungkinkan calon lewat parpol atau non parpol.
“Itu kan soal cara menjadi calon. Sekali lagi, yang terpenting itu permintaan rakyat. Kalau itu riil, kita akan pertimbangkan lewat jalur mana. Tapi, beta ini kan lama berjuang di partai politik, jadi pasti mengutamakan partai politik,” tutur mantan Anggota DPR RI ini.
Dia menuturkan, berpolitik itu soal cita, ide dan harapan. Tidak mudah untuk memperjuangkan ide, karena ada banyak tantangan dan ujian yang mungkin pahit.
“Beta pernah ditawari peluang baik untuk bergabung dengan kekuatan politik besar pada tahun 1990. Tapi, beta memilih PDI pada waktu itu. Beta diledek ‘Anak jenderal kok masuk PDI’. Kita berjuang untuk apa? Ini yang paling penting,” tutur puteri pendiri PT. Pertamina ini.
Kalau mau jujur, kata Engelina, tidak bercita-cita menjadi gubernur, tapi hanya berbuat apa saja yang bisa dilakukan untuk Maluku. “Maluku sangat kaya. Punya sejarah besar dan panjang. Tidak layak berada dalam keterpurukan. Itu saja. Dan itu juga yang menggerakkan untuk membiayai sendiri apa saja yang beta bisa,” tutur Engelina yang juga pemilik Majalah Laras ini.
Menurutnya, kondisi seperti ini yang juga menggerakkan untuk membiayai berbagai kegiatan guna mengangkat Maluku, baik di Jakarta maupun di Maluku. “Termasuk memperjuangkan kilang Blok Masela agar dipindahkan dari terapung ke darat sejak tahun 2014 lalu,” jelas Engelina.
Kemudian, kalau muncul dorongan untuk ikut Pilgub, katanya, tentu harus menghormati karena hal itu berarti mengajak untuk berbuat kebaikan bagi banyak orang.
“Kalau untuk kebaikan, ya mari kita sama-sama. Kita lihat rakyat maunya apa? Partai maunya apa? Kalau punya harapan dan cita yang sama, beta kira akan ada jawaban pada waktunya. Jadi, rekan-rekan tunggu saja,” kata lulusan Universitas Bremen Jerman ini.
Engelina mengatakan, pihaknya akan melakukan survei internal untuk mengetahui persepsi yang riil dan objektif. Sebab, berbagai lembaga survei bisa berbeda-beda.
“Tapi, itu gejala yang wajar dalam masa pilkada,” ujarnya.
Terkait bakal calon wakil, Engelina hanya menjawab diplomatis bahwa nanti akan dipertemukan ide dan harapan yang sama.
“Cocok dulu ide, harapan cocok dan mau bawa kemana Maluku, baru kita survei. Tidak serta merta survei. Kita tidak boleh terjebak, kok terkesan mendewakan popularitas daripada ide. Popularitas baik, tapi mengutamakan ide jauh lebih baik. Dalam situasi apapun, pastikan harapan itu selalu terjaga karena itulah yang menggerakkan,” tegasnya.
Engelina mengingatkan, Pilkada itu sejatinya merupakan pertarungan ide dan gagasan untuk berbuat yang terbaik bagi Maluku.
“Bukan pertarungan kelompok, etnis, dan berbagai perbedaan lainnya. Pilkada harus jadi momentum kemenangan ide dan gagasan terbaik untuk Maluku. Pilkada harus mempersatukan, bukan semakin mengkotakkan. Kebersamaan tidak boleh rusak hanya karena Pilkada. Ini tidak boleh terjadi,” kata Engelina.