Ambon, Tribun Maluku: Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si mengungkapkan pentingnya sagu sebagai sumber makanan pokok penduduk Maluku dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.
Sagu (Metroxylon,sp) sebagai salah satu bahan pangan lokal mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang ketahanan pangan daerah sekaligus ketahanan pangan nasional dan mempunyai potensi untuk mendukung swasembada pangan dan energi.
Demikian paparan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si pada kegiatan Seminar Nasional dengan tema: “Produk Unggulan Daerah Maluku dan Inovasinya” yang dilaksanakan oleh Universitas Pattimura Ambon, bertempat di Aula Lantai 3 Pasca Sarjana Unpatti, Jumat (27/12/2024).
Menurut Dr. Tauda, tanaman sagu pada umumnya belum di usahakan secara optimal seperti penghasil karbohidrat lainnya.
Kandungan karbohidrat dalam pati sagu yang cukup tinggi (diatas 80%), dapat digunakan sebagai bahan pangan dan bahan baku industri non pangan berbasis kearifan lokal.
Perbandingan kandungan kalori berbagai sumber pati adalah (dalam 100 g) : jagung 361 Kalori, beras giling 360 Kalori, ubi kayu 195 Kalori, ubi jalar 143 Kalori dan sagu 353 Kalori.
Alih fungsi lahan sagu semakin meningkat terutama pada wilayah sentra sagu di Pulau Seram sehingga diperlukan penataan dan pengembangan hutan sagu dengan sistem budidaya dan pengolahan yang modern.
Total Lahan Sagu Potensial di Maluku 36.484,03 Hektar dan Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) dengan lahan potensial terbesar di Maluku ± 35.421 Hektar.
Lahan sagu yang ada di Maluku umumnya merupakan tegakan alami (Hutan Sagu), Tidak terawat dengan baik sehingga pertumbuhannya tidak teratur, Jumlah tumbuhan per satuan luas sangat padat sehingga terjadi persaingan, Jumlah produksi per pohon menjadi rendah, Cara pemanenan sagu di hutan sagu yang umumnya rawa sangat sulit, Proses pengangkutan sangat sulit, Sistem drainase yang buruk, Penyediaan sumber daya manusia (SDM) sebagai pelaksana di lapangan dan proses produksi sulit dilakukan.
Kondisi hutan rata-rata jumlah Pohon/MT/Ha adalah 20 pohon dan rata-rata produksi perpohon adalah 200 kg pati kering per pohon.
Jika dilakukan penataan yang baik maka Jumlah pohon MT akan mencapai 100 pohon/ha/thn dan produksi akan mencapai 300 kg pati kering/pohon.
Terkait kebijakan pengembangan sagu di Maluku kata Dr. Tauda, Distan Maluku mempunyai Inovasi MATA SAGU “MANGGUREBE TATA SAGU.
Beberapa kebijakan yang telah dilakukan Distan Maluku dalam pengembangan sagu adalah: Mengubah kondisi hutan sagu menjadi kondisi kebun sagu atau perkebunan sagu,
Meningkatkan produksi per satuan luas melalui peningkatan jumlah pohon masak tebang (MT) dan produksi per pohon,
Mempermudah proses perbaikan sistem drainase dan memperluas permukaan masuknya sinar matahari,
Mempermudah kegiatan budidaya dan pemeliharaan tanaman, memanfaatkan lahan antara tanaman sagu untuk pengembangan budidaya lainnya yang sesuai.
Keunggulan Sagu dibandingkan Beras
Lahan Padi: Rata-rata hasil dari 1 hektar lahan padi adalah antara 2 – 4 ton beras. Dengan konversi, ini setara dengan 20,000 – 40,000 porsi makanan. Sedangkan Lahan Sagu: 1 hektar lahan mampu ditanami 150 pohon sagu. Setiap pohon sagu dapat menghasilkan antara 30 – 60 ton pati sagu. Total hasil dari 1 hektar lahan sagu setara dengan 300,000 – 375,000 porsi makanan.
Terkait dengan pemenuhan kebutuhan pangan oleh Sagu maka 1 pohon sagu memenuhi kebutuhan 650 – 800 orang per hari (dengan 3 kali konsumsi), 150 pohon sagu dalam 1 hektar memenuhi kebutuhan 97.500 -120.000 orang per hari.