Ambon, Tribun-Maluku.com : Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul dan maju dihadapkan pada persoalan balita stunting yang prevalensinya masih tinggi yaitu 27 persen.
Oleh karena itu, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting yang menargetkan penurunan prevalensi stunting 14 persen di tahun 2024 dan target pembangunan berkelanjutan di tahun 2030 berdasarkan capaian di tahun 2024.
Demikian sambutan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Maluku, Sarles Brabar, SE. M.Si pada acara Launching Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) dan Pendidikan Edukasi Kependudukan jalur informal melalui kegiatan Dak Dik Duk (Diskusi Asyik Pendidikan Kependudukan) di Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) Kelurahan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon, Rabu (2/3/2022).
Menurut Brabar, berdasarkan Lima Pilar Percepatan Penurunan Stunting, telah disusun Rencana Aksi Nasional (RAN) untuk mendorong dan menguatkan konvergensi antar program melalui pendekatan keluarga berisiko stunting.
Pengertian stunting adalah kondisi tubuh pendek yang terjadi karena gagal tumbuh, sehingga anak tidak dapat mencapai potensi pertumbuhannya.
Dalam RPJMN 2020-2024, pemerintah telah menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Dengan demikian, diperlukan peran berbagai pihak untuk mencapai target tersebut dan untuk Provinsi Maluku tahun 2021 Prevalensi balita Stunting adalah 28,7 persen (SSGI,2021).
“Meskipun telah berhasil diturunkan, namun angka prevalensi stunting pada balita di Provinsi Maluku masih tinggi diatas rata-rata Nasional,” ucap Sarles.
Prevalensi Stunting pada balita yang tertinggi di Kabupaten Seram Bagian Barat = 41,9 persen, dan terendah di Maluku Tenggara = 21,6 persen, sementara di Kota Ambon Prevalensi Stunting pada balita = 21,8 persen.
Dikatakan, dalam membangun ketahanan keluarga secara utuh di berbagai bidang seperti Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan anak dan kebahagiaan keluarga, mulai dari penangan gizi, kualitas sanitasi, kualitas lingkungan, akses Pendidikan, Kesehatan sampai juga tercapainya sumber pendapatan yang merupakan pilar kesejahteraan dan ketahanan keluarga.
Program-program diimplementasikan dengan melakukan pembinaan, penyuluhan, pelayanan KB di tengah-tengah masyarakat serta dapat mewujudkan Kampung Keluarga Berkualitas di seluruh penjuru tanah air, mewujudkan keluarga yang berkualitas, mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.
Salah satu Strategi BKKBN dalam Penurunan Stunting adalah dengan Kegiatan Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT).
Konsep DASHAT mengedepankan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan Kualitas gizi masyarakat melalui Optimalisasi sumber daya pangan lokal yang sehat dan padat gizi, khusus bagi keluarga beresiko Stunting, yaitu: ibu hamil, ibu menyusui, keluarga yang memiliki Baduta/Balita, serta Calon Pengantin (CATIN).
Diharapkan, kegiatan ini dapat dilaksanakan di tingkat Desa/Kelurahan dengan kolaborasi antara Pemerintah Desa, PKK, Kader PPKBD/Sub PPKBD, termasuk tenaga Kesehatan/gizi, mahasiswa dan para akademisi sebagai Pendamping. Keberadaan DASHAT di Kampung KB ini juga tidak terlepas dari peranan Pokja Kampung KB.
“Hari ini sebagai bukti nyata dari intervensi percepatan penurunan Stunting kita, sekaligus Launching DASHAT di Kampung KB Kudamati, yang merupakan Kolaborasi antara Pemerintah Kota Ambon, TP PKK Kota Ambon, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Ambon serta Pemerinta Kelurahan Kudamati,” ulasnya.
Diharapkan, kegiatan ini merupakan pendampingan berkelanjutan dalam rangka pemenuhan gizi bagi keluarga beresiko stunting, sehingga tidak ada lagi bayi-bayi yang lahir stunting di Kelurahan Kudamati bahkan secara umum di Kota Ambon,” harap Sarles.
Kaper BKKBN Promal, Sarles Brabar dan Sekot Ambon, Agus Ririmase berkesempatan menyerahkan bantuan Susu untuk lima anak Balita di Kelurahan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe Kota Ambon.