Ambon, Tribun Maluku: Kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Dr. Ilham Tauda, SP. M.Si melalui Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Pertanian Provinsi Maluku, Husein Salampessy, SP. M.Si mengatakan, saat ini sektor pertanian sangat membutuhkan tenaga kerja yang banyak untuk bisa memproduksi bahan pangan secara terus menerus, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Maluku maupun masyarakat Indonesia secara umum.
“Jadi kalau para petani kita terjadi kekurangan tenaga kerja maka supply bahan pangan tentunya juga akan menurun,” kata Kabid Penyuluhan Distan Maluku, Husein Salampessy, SP. M.Si di Ambon, Senin (13/5/2024).
“Siapa lagi yang mau mensupply bahan makanan kalau bukan dari petani,” ucapnya.
Menurut Salampessy, kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh Kementerian Pertanian sasarannya kepada petani dan bagaimana caranya agar petani selain dapurnya bisa ngebul (berasap), tetapi juga dia (petani) bisa menyediakan pangan untuk masyarakat setempat.
Jika petaninya tidak siap dalam bentuk tenaga kerja maupun jumlahnya tentu saja ketersediaan pangan tidak terpenuhi secara baik di masyarakat.
Untuk mempertahankan kontinuitas dari ketersediaan baik tenaga kerja petani maupun pangan di masyarakat, maka Distan Maluku selalu memberikan penyuluhan kepada para petani agar tidak bosan-bosan memproduksi hasil pertaniannya.
Di jaman sekarang ini ada kecenderungan anak petani sudah tidak mau bertani lagi atau tidak ingin melanjutkan pekerjaan orang tuanya sebagai petani.
Untuk itu, maka Dinas Pertanian secara terus menerus memberikan motivasi kepada petani dan anak petaninya agar tetap melihat usaha pertanian sebagai kebutuhan hidup.
“Itu bukan berarti bahwa kita tidak mau agar anak petani tidak bisa studi lanjut, namun kata Salampessy bahwa petani itu bukan saja untuk bapak/ibu yang pendidikannya terbatas namun terbuka untuk umum, sehingga siapa saja bisa menjadi seperti seorang petani melalui inovasinya, punya kemampuan berpikir dan bisa berkembang di masyarakat (petani),” ungkapnya.
Peran Distan Maluku terhadap SDM tenaga kerja bidang pertanian kata Salampessy, di 11 kabupaten/kota di Maluku ada tenaga Penyuluh Pertanian.
Namun dari sisi usia, ada penyuluh yang sudah pensiun dan ada yang memasuki purna bakti, sehingga diharapkan ada penambahan tenaga penyuluh pertanian di Maluku.
Dikatakan, tenaga penyuluh pertanian di Maluku masih terbatas yaitu sekitar 500 orang lebih, sementara jumlah desa di Maluku 1000 lebih dan seharusnya satu desa ada satu penyuluh.
Jumlah tenaga penyuluh itu ada yang tenaga kontrak, PPPK, bahkan ada yang sudah memasuki purna bakti dalam tahun ini.
Sehingga pemikiran untuk menambah tenaga penyuluh itu sangat penting untuk dapat memberikan motivasi kepada para petani agar tetap menyediakan bahan pangan untuk masyarakat Maluku.
Para penyuluh pertanian merupakan ujung tombak/garda terdepan bidang pertanian sehingga kesejahteraan mereka cukup terjamin yaitu selain gaji yang dibayarkan oleh daerah, juga Biaya Operasional Penyuluh (BOP) yang dibayarkan oleh Distan Maluku melalui APBN.
Ada penyuluh perkebunan, peternakan, tanaman pangan dan penyuluh hortikultura. Untuk memaksimalkan para penyuluh dilapangan kata Salampessy, dengan keterbatan penyuluh maka mereka harus mempunyai ilmu tambahan/belajar tambahan.
Tujuannya agar ketika penyuluh berada di suatu tempat dan ada masalah yang berkaitan dengan hortikultura atau yang lain, maka penyuluh tersebut harus bisa mengatasi masalah tersebut.
“Jadi Penyulu itu Polivalen, artinya dia bisa menyuluh tentang hortikultura, tanaman pangan, peternakan dan menyuluh tentang perkebunan,” ucapnya.
Yang menjadi unggulan dari Bidang Penyuluhan Distan Maluku adalah bagaimana meningkatkan kapasitas dan kapabilitas para penyuluh pertanian di Maluku, melalui kegiatan pelatihan-pelatihan.
Para Penyuluh mempunyai wilayah kerja masing-masing yang diatur oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota setempat, dengan memperhatikan luas areal usaha pertanian sebagai acuan untuk menempatkan penyuluh.
Diakuinya, masih terdapat kekurangan penyuluh pertanian di seluruh kabupaten/kota di Maluku. Namun demikian tidak mengurangi aktivitas para penyuluh untuk selalu memberikan motivasi kepada para petani di wilayah kerjanya untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
Yang menjadi keluhan para penyuluh di Maluku adalah kendaraan operasional, minimal kendaran roda dua (motor) untuk bisa memudahkan penyuluh mobile dari desa ke desa.
Keluhan tersebut kata Salampessy sudah diusulkan baik di daerah maupun pusat, namun semuanya tergantung dengan ketersediaan anggaran.
Salampessy berharap, para penyuluh sebagai garda terdepan sektor pertanian harus tetap professional dalam melaksana tugas sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat, walaupun sering terjadi kendala di lapangan.