Kepala sekolah harus dapat menuntun seluruh komponen sekolah dalam menghadapi transformasi pendidikan 4.0 dan kepemimpinan transformasional adalah komponen kunci yang dapat dilakukan secara praktis.
Di era perkembangan teknologi yang sangat pesat, arus globalisasi merambat dengan cepat tanpa batas dan sekat. Semua ini menyerukan “transformasi; perubahan” demi untuk kemajuan suatu organisasi, lembaga sosial bahkan lembaga pendidikan.
Sekolah sebagai tempat dibina dan dibentuk manusia tidak terhindarkan! Menurut (Gurr, 2015) tantangan pendidikan saat ini sangat kompleks, percepatan teknologi informasi membawa dampak positif begitupun sebaliknya.
Salah satu konsekuensi yang paling dirasakan ialah kepada pemimpin. Perubahan terjadi dengan sangat aktif dan pemimpin sebagai ujung tombak pendidikan memiliki konsekuensi yang besar yaitu menghadapi perubahan dalam memimpin lingkungan pendidikan. Pesatnya teknologi dalam arus information, komunikasi dan teknologi serta kecerdasan AI (Aftificial Intelligence) menjadi tantangan tersendiri bagi sektor pendidikan.
Menurut (Ahmad, M. F., dan Wan Abdul Ghapar, W. R. G., 2019) dalam (Indra dan Kustati, 2024) AI diklaim sebagai disrupsi teknologi yang mengubah cara kerja manusia selama abad 21.
Pada era ini sebagian besar tenaga manusia digantikan oleh mesin. Ini menjadi krusial, konsekuensi memimpin pada era yang semakin canggih ini tidak dapat disepelekan. Butuh suatu upaya dalam mendorong perubahan atau transformasi dalam dunia pendidikan.
Mengutip apa yang disampaikan oleh Fitriyah Santoso, (2010) salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan di era revolusi industri 4.0 terletak pada peran pentingnya kepemimpinan kepala sekolah dalam lembaga pendidikan. Kepala sekolah diharuskan untuk mampu menjalankan kepemimpinan yang efektif dan efisien artinya kepala sekolah mampu mengembangkan dan membangun sekolah.
Lantas model kepemimpinan seperti apa yang dibutuhkan? Ada berbagai macam model kepemimpinan salah satu diantaranya ialah model kepemimpinan transformasional.
Istilah kepemimpinan transformatif berasal dari dua kata, yaitu kepemimpinan (leadership) dan transformatif atau transformasional (transformational). Istilah transformatif berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda.
Kepemimpinan transformasional merupakan jenis kepemimpinan baru (new leadership paradigm) yang dipandang efektif untuk mendinamisasikan perubahan, terutama pada situasi lingkungan yang bersifat transisional.
Sadar tidak sadar, saat ini kita ada pada masa transisi tersebut revolusi industri 4.0 adalah suatu transisi dimana semua manusia mulai dari pendidik, siswa bahkan pimpinan sekolah, berusaha untuk masuk dalam menghadapi tantangan serta peluang dalam era 4.0 ini.
Gagasan awal model kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh James McGregor Burns yang menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya ke dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass. Dalam upaya pengenalan lebih dalam tentang konsep kepemimpinan transformasional ini,
Bass mengemukakan adanya kepemimpinan transaksional, yaitu kepemimpinan yang memelihara atau melanjutkan status quo. Kepemimpinan jenis ini didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan suatu proses pertukaran (exchange process).
Dalam kepemimpinan ini, para pengikut dan untuk melakukan perintah- mendapat imbalan yang segera nyata perintah pemimpin. Bass membedakan kedua kepemimpinan tersebut dalam beberapa hal seperti berikut:
Perbandingan Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
Karakteristik | Kepemimpinan Transaksional | Kepemimpinan Transformasional |
---|---|---|
Fokus | Situasi yang ada | Mengubah situasi |
Penerimaan | Menerima keterbatasan | Mengubah apa yang bisa dilakukan |
Nilai | Patuh pada aturan dan nilai organisasi | Memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan, dan kesamaan |
Gaya | Timbal balik dan tawar-menawar | Inspiratif dan visioner |
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat secara sederhana, Kepemimpinan transaksional mengacu pada sebagian besar model kepemimpinan, yang berfokus pada pertukaran yang terjadi antara pemimpin dan pengikutnya.
Sedangkan kepemimpinan transformasional adalah proses dimana seseorang terlibat dengan orang lain dan menciptakan hubungan yang meningkatkan tingkat motivasi dan moralitas baik dalam diri pemimpin maupun pengikutnya.
Kepemimpinan transformatif dapat didefinisikan sebagai kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.
Sumber daya yang dimaksud dapat berupa SDM, fasilitas, dana, dan faktor-faktor eksternal keorganisasian. Sadler mengungkapkan, “Transformational leadership is the process of engaging the commitment of employees in the context of shared values and shared vision (kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan berbagi nilai-nilai dan visi organisasi.” Dan ini sangat dibutuhkan dan dipahami oleh seorang pemimpin sekolah.
Bass (1985) berpendapat bahwa kepemimpinan transformasional memotivasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang diharapkan dengan (a) meningkatkan tingkat kesadaran pengikut tentang pentingnya dan nilai tujuan yang ditentukan dan diidealkan, (b) membuat pengikut melampaui diri mereka sendiri. – kepentingan demi tim atau organisasi, dan (c) menggerakkan pengikut untuk memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi.
Untuk lebih mendalami seperti apa kepemimpinan transformasional berikut 7 prinsip kepemimpinan transformasional dalam Erik Rees: 2001:
- Simplifikasi: keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama. Kemampuan serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis, dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab, “Ke mana kita akan melangkah?” menjadi hal pertama yang penting untuk kita implementasikan.
- Motivasi: kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat menciptakan suatu sinergitas di dalam organisasi, berarti seharusnya dia dapat pula mengoptimalkan, memotivasi, dan memberi energi kepada setiap pengikutnya. Praktisnya, dapat saja berupa tugas atau pekerjaan yang betul-betul menantang serta memberikan peluang bagi mereka pula untuk terlibat dalam suatu proses kreatif, baik dalam hal memberikan usulan atau mengambil keputusan dalam pemecahan masalah sehingga hal ini pula akan memberikan nilai tambah bagi mereka.
- Fasilitasi: dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi “pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi secara kelembagaan, kelompok, atau individual. Hal ini akan berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari setiap orang yang terlibat di dalamnya.
- Inovasi: kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab melakukan suatu perubahan bila mana diperlukan dan menjadi suatu tuntutan dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasi perubahan dan seharusnya pula mereka tidak takut akan perubahan tersebut. Dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus sigap merespon perubahan tanpa mengorbankan rasa percaya dan tim kerja yang sudah dibangun.
- Mobilitas: pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan. Pemimpin transformasional akan selalu mengupayakan pengikut yang penuh dengan tanggung
jawab. - Siap Siaga: kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma baru yang positif.
- Tekad: tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.
Ketujuh prinsip ini bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan dan mampu diterapkan dalam membawa transformasi bagi dunia pendidikan di tengah perubahan dunia dalam kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yfita dan Sihotang (2020) dalam penelitian “Kepemimpinan Transformasional dan Pemberdayaan Guru Dalam Transformasi Pendidikan 4.0” menemukan bahwa kepemimpinan transformasional berdampak efektif dan positif dalam melakukan perubahan pada dunia pendidikan.
Merangkum apa yang disampaikan oleh Kurniadin dan Machali (2012) prinsip kepemimpinan transformasional dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dan menjawab tatanan zaman bahkan perubahan signifikan lainnya melalui hal-hal sebagai berikut :
- Pemimpin mampu mengembangkan nilai-nilai organisasi yang meliputi kerja keras, menghargai waktu, semangat, dan motivasi tinggi untuk berprestasi, disiplin, dan sadar akan tanggung jawab.
- Pemimpin mampu menyadarkan anggota akan rasa memiliki dan tanggung jawab (sense of belonging and sense responsibility).
- Pemimpin dalam proses pengambilan keputusan selalu menggunakan kemampuan intelektualnya secara cerdas.
- Pemimpin selalu memperjuangkan nasib staf dan anggotanya dan peduli akan kebutuhan-kebutuhannya.
- Pemimpin berani melakukan perubahan menuju tingkat produktivitas organisasi yang lebih tinggi.
- Pemimpin mampu membangkitkan motivasi dan semangat anggota untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi.
- Pemimpin mampu menciptakan budaya organisasi yang positif.
Jika ketujuh hal praktis ini dapat dilakukan dalam lembaga pendidikan baik dasar sampai pada pendidikan tinggi maka transformasional itu akan terjadi dan berdampak bagi mutu pendidikan. Kepala sekolah harus dapat menuntun seluruh komponen sekolah dalam menghadapi transformasi pendidikan 4.0 dan kepemimpinan transformasional adalah komponen kunci yang dapat dilakukan secara praktis.
Akhirnya kiranya artikel ini bermanfaat bagi segenap pembaca termasuk praktisi pendidikan bahkan pimpinan sekolah. Semoga dapat menjadi referensi dan bahan evaluasi untuk kemajuan pendidikan bangsa.
*** Penulis adalah mahasiswa magister administrasi pendidikan UKSW