Ir. Muna Tualeka, M.Si |
AMBON Tribun-Maluku.Com- Dugaan adanya ancaman OPT CPVD dan virus Vein Banding (gejala mati ujung) pada tanaman Jeruk di Kecamaan Wonreli pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya dan telah menyebar 70 persen, yang dilaporkan oleh SMK Negeri Lebelau tanggal 20 Desember 2013 adalah tidak benar atau dibantah oleh Kepala Balai Proteksi Pertanian dan Peternakan Provinsi Maluku Ir. Muna Tualeka, M.Si.
Kepada Tribun-Maluku.Com diruang kerjanya Kamis (14/8/2014) Tualeka katakan, setelah pihaknya melakukan kajian referens dan laporan mingguan dari petugas lapangan serta identifikasi khusus, pada 9 desa di pulau Kisar hasilnya adalah : jumlah populasi Jeruk 45.932 pohon dengan umur antara 10-18 tahun.
Jumlah tanaman jeruk yang sakit 2.062 pohon atau sekitar 3-5 persen dari total jumlah pohon dengan intensitas serangan rata-rata 40 persen, sehingga kondisi tersebut masih dalam tahap kewajaran, akibat budidaya tanaman yang masih secara tradisional.
Dikatakan, berdasarkan hasil identifikasi dan diagnose Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) sesuai pengamatan visual maka gejala yang muncul dan merusak tanaman Jeruk Kisar adalah penyakit Blendok atau Diplodia bukan CPVD, karena secara visual gejalanya hampir sama.
Diplodia ini disebabkan oleh cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. Cendawan ini dapat membentuk piknidium yang tersebar, mula-mula tertutup kemudia pecah dan berwarna hitam.
Sesuai hasil uji Laboratorium dibawah mikroskop dari sampel maka ditemukan Konidium berbentuk jorong dan mempunyai satu sekat berwarna gelap.
Penyakit Blendok atau Diplodia ini yang paling dominan menyerang tanaman Jeruk Kisar yakni Diplodia Basah dan Diplodia Kering. Pada Diplodia Basah dibuktikan pada saat pengamatan ternyata tanaman yang terserang mengeluarkan cairan/ lendir/ blendok yang berwarna kuning keemasan dari batang atau cabang tanaman.
Cairan ini berkembang menjadi jamur diantara kulit dan kayu dan merusak Kambium pada akhirnya jamur akan mengelilingi batang lambat laun tanaman akan kering dan mati.
Jamur atau patogen ini awalnya masuk pada kulit di daerah ketiak cabang terutama pada kulit atau batang yang luka akibat alat pertanian (parang dan sejenisnya) yang digunakan oleh petani secara tidak sengaja, juga akibat kurangnya perawatan tanaman hal ini dibuktikan dengan membiarkan semak belukar tumbuh menutupi tanaman jeruk.
Selain itu ada juga sebagian tanaman Jeruk Kisar terkena Diplodia Kering. Hasil pengamatan lapangan dan diagnose menunjukan bahwa kulit batang atau cabang yang terserang mengering karena terdapat celah-celah kecil pada permukaan kulit, terlihat adanya masa spora cendawan berwarna putih atau hitam, dengan demikian pada kulit batang yang terserang mengering dan mengelupas.
Disamping penyakit diatas ditemukan juga hama saat pengamatan lapangan yakni kutu daun jeruk yang menimbulkan gejala langsung yakni mengisap cairan daun sehingga kelihatan keriput, dan gejala tidak langsung menimbulkan penyakit embun jelaga mengakibatkan permukaan daun berwarna hitam sehingga mengganggu proses fotosintesa.
Menurut Tualeka, berkembangnya hama dan penyakit pada tanaman Jeruk Kisar ini akibat dari kurangnya pendampingan petugas dalam memberikan informasi Budidaya Tanaman Jeruk secara baik dan berkelanjutan dan rendahnya kualitas tenaga Pengamat hama, sehingga tidak melaporkan gejala hama dan penyakit pada tanaman diwilayah kerjanya secara baik dan benar.
Selain itu Petugas Pengamat Hama di Kabupaten Maluku Barat Daya hanya 2 orang yaitu di Kecamatan PP. Babar Sdr Riksan Wariansora dan di Kecamatan PP. Terselatan Sdr Tresia Kamanasa dan kedua petugas ini masih berstatus kontrak (THL-TB POPT) yang mulai bertugas sejak tahun 2012,,,(bersambung).(TM02)