Ambon, Tribun Maluku. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Dr. Fauzan, M.Pd., meminta perguruan tinggi untuk berperan aktif dalam mengatasi persoalan sosial di Maluku, terutama terkait pemulangan warga yang mengungsi akibat konflik tahun 1999.
Hal ini disampaikan Wamen saat mengunjungi Benteng Amsterdam di Negeri Hila, Kabupaten Maluku Tengah. Dalam kunjungan tersebut, Wamen melihat banyak tanah kosong dan menanyakan hal itu kepada Rektor Universitas Pattimura (Unpatti), Prof. Fredy Leiwakabessy.
Menurut Rektor Unpatti, tanah-tanah tersebut ditinggalkan oleh warga yang mengungsi akibat konflik dan hingga kini belum kembali. Menanggapi hal tersebut, Wamen menyatakan keprihatinannya.
“Kasihan ya? Mereka masih memiliki banyak aset seperti kebun cengkeh dan lainnya di sini,” ujar Wamen saat kunjungan di AmbonĀ beberapa waktu lalu.
Wamen kemudian mengajak perguruan tinggi untuk berperan dalam memanggil kembali para warga yang pergi. “Kepergian mereka bukan karena masalah dengan tetangga, tetapi akibat provokasi. Maka perguruan tinggi harus hadir untuk membantu mengembalikan mereka,” tambahnya.
Selain itu, Wamen juga bertemu dengan tokoh-tokoh agama di Maluku untuk membahas nasib warga yang mengungsi. Ia menyebut bahwa niat ini disambut baik oleh para tokoh tersebut.
“Perguruan Tinggi harus memiliki kepekaan terhadap isu ini. Tidak sekedar menormalisasi kehidupan, tetapi juga bertanggung jawab atas aspek ekonomi, pengentasan kemiskinan, dan pengurangan pengangguran,” tegasnya.
Wamen menekankan bahwa meskipun Unpatti berada di Ambon, kontribusi untuk penyelesaian masalah ini bisa datang dari perguruan tinggi lain di Indonesia. Ia juga meminta Unpatti untuk menjadi host dalam agenda pemulangan warga ini.
“Perguruan tinggi tidak boleh hanya mendengar dan melihat, tetapi harus turun tangan dalam mengatasi persoalan. Inilah peran nyata perguruan tinggi di tengah kehidupan masyarakat,” kata Wamen.
Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan dalam mencetak SDM unggul serta keterlibatan dunia usaha dan industri dalam mengatasi pengangguran dan kemiskinan.
Dengan 4.400 Perguruan Tinggi di Indonesia, termasuk 125 Perguruan Tinggi Negeri, ia optimistis jika semua pihak bergerak bersama, masalah ini dapat segera diselesaikan.