Langgur, Tribun-Maluku.com : Warga negara asing (WNA) Perancis yang tiba di Maluku Tenggara dengan KM. Ngapulu tanggal 14 April 2020 ditolak warga sekitar tempat wisata, akibat panik terhadap penyebaran Covid-19.
Informasi yang diterima media ini, Jumat (1/5/2020) menyebutkan WNA tersebut Pada tanggal 27 April 2020 yang bersangkutan telah selesai menjalani masa karantina dan sudah mendapatkan Surat Keterangan dari pihak medis Puskesmas Watdek.
Namun setelah menyelesaikan masa karantina, tidak berarti WNA tersebut bisa langsung melanjutkan perjalanan ke Papua dan Australia seperti rencana awalnya atau mungkin kembali ke negara asalnya, mengingat semua akses transportasi masuk dan keluar di Maluku Tenggara baik kapal laut maupun pesawat telah ditutup.
Pemerintah Daerah pun tidak bisa menjamin semua kebutuhannya selama penutupan bandara dan pelabuhan yang diperkirakan 1 – 2 bulan kedepan.
Satu staf di dinas pariwisata, Budhi Toffi bersedia untuk menampung wisatawan tersebut di kediamannya selama dia berada di Maluku Tenggara.
Dia bersedia menampung wisatawan Prancis ini hingga dia dapat melanjutkan perjalanannya kembali, karena sesungguhnya hal seperti ini bisa saja terjadi pada kita saat berada di rantau dan kemungkinan orang lain dapat menolong kita, solusinya adalah WNA tersebut ditampung.
Dijelaskan, tidak butuh biaya besar untuk akomodasi dan makan bagi wisatawan tersebut.
“Kita punya kamar kosong yang bisa digunakan. Untuk makan, WNA tmakan seperti apa yang kita makan. Jadi sebetulnya tidak ada biaya yang harus dipikirkan secara besar-besaran karena kita juga ikut sama-sama makan dengan dia,” katanya.
Toffi menambahkan, bersama keluarganya juga akan menemaninya untuk bisa mengelilingi semua daya tarik wisata yang ada di Kei baik itu di Kei Kecil maupun Kei Besar.
“Akan difasilitasi dengan cara kami, dan sudah menjadi hal pasti, dia akan membantu dengan menulis tentang Kei,” jelas Toffi.
WNA asal Perancis pria yang biasa disapa Tato ini, mengatakan dirinya adalah seorang Backpacker yang telah tiba di Indonesia jauh sebelum Covid-19 mulai merebak.
Dia juga mengaku mengetahui Indonesia karena sudah pernah berwisata 3 tahun silam ke Indonesia.
Selama di Indonesia beberapa bulan terakhir, dia pernah mengunjungi Batam, Pontianak, NTT, Sulawesi dan beberapa tempat lain sampai akhirnya tiba di Maluku.
Namun, karena seiring berjalannya waktu, wabah pandemi covid-19 di Indonesia mulai merebak ke berbagai daerah sehingga sering kali, dirinya diperiksa oleh aparat keamanan dan tim kesehatan.
Tato mengaku saat tiba di Ambon, dia sudah menjalani karantina selama 14 hari dan juga sudah mendapatkan Surat Keterangan Sehat dari Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku No. 02214/GT-Promal/IV/2020 tertanggal 10 April 2020.
Usai karantina di Ambon, dia berencana melanjutkan perjalanan ke Dobo dan Papua dengan menggunakan KM. Ngapulu, tetapi setibanya di Dobo, ia ditolak dan akhirnya memutuskan untuk kembali dengan KM. Ngapulu dan turun di Pelabuhan Tual.
Tiba di Tual ia meneruskan perjalanan ke Ohoidertavun atas untuk mencari penginapan, namun masih ada penolakan warga hingga akhirnya dirinya dijemput Budhi Toffi atas instruksi Bupati.
Disamping itu Tato sangat mengapresiasi perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Maluku Tenggara dalam hal ini Bupati Malra dan Gugus Tugas Covid-19 Malra yang sudah menerima dan melayaninya dengan baik selama masa karantina, dengan menyediakan akomodasi, makan dan pelayanan kesehatan.
“Saya berterimakasih untuk semuanya yang sudah diberikan. Saya juga berterimaksih kepada Bupati Maluku Tenggara Bapak Thaher Hanubun dan juga tim covid-19 disini termasuk dr. Ketty dan tim medis terimakasih untuk semua pelayanannya selama masa karantina,” tuntasnya.