Salah seorang penumpang dari Sorong, Papua Barat, Obet Ingratubun, di Ambon, Minggu (22/12), mengatakan dua kali pelayaran bersama KM.Dempo ternyata pelayanan kelas pariwisata masih seperti ekonomi.
“Bayangkan harga tiket dengan diberlakukannya kelas pariwisata Rp225.000 per orang dewasa, menyusul ekonomi Rp180.000 per orang. Namun, tidak kebagian tempat tidur,” ujarnya.
Obet merujuk, rebutan tempat tidur harus terjadi antar penumpang karena nomor tiket sama.
Ketegangan terjadi dan mengarah ke perkelahian karena rebutan tempat tidur yang ternyata nomor fasilitas tersebut sama.
“Sayangnya anak buah kapal (ABK) tidak bisa berbuat banyak dalam menangani masalah tersebut sehingga penumpang yang tiba terlambat sering mengalah karena tempat tidurnya telah dipakai mengingat dia juga memiliki tiket resmi,” katanya.
Akibatnya, penumpang yang membeli tiket kelas pariwisata terpaksa membeli tikar untuk tidur sehingga menunjukan pelayanan di KM.Tempo tidak sesuai dengan penerapan kelas pariwisata.
“Pastinya memberi kesan jelek karena harga tiket tidak sesuai dengan pelayanan. Apalagi, kelas pariwisata yang sebenarnya harus memberi kesan sesuai namanya,” ujar Obet.
Karena itu, PT.Pelni diminta menegur, baik penanggung jawab KM. Dempo maupun travel yang menjual tiket sebagai mitra kerja agar tidak sekedar hanya mengejar keuntungan dan mengabaikan kenyamanan pelayaran.
Apalagi, saat mudik seperti perayaan Natal, Tahun Baru dan Idul Fitri dengan penumpang pasti membludak.
“Jadi PT.Pelni jangan hanya mengejar keuntungan semata dan mengabaikan kenyamanan pelayanan pelayaran, termasuk kemungkinan terjadi pertikaian antar sesama penumpang yang memiliki tiket resmi,” kata Obet. (ant/tm)