Sesuai yang dihembuskan, pembagian hasil minyak kayu putih di pulau Buru sangat menguntungkan pengusaha.
Pasalnya dari jatah tersebut pengusaha meraup untung 80 persen, sedangkan petani hanya dijatahi 20 persen sisanya, sehingga 106 ketel milik Pemerintah Kabupaten Buru yang disewakan kepada pengusaha Ongko Tuya, dianggap hanya menguntungkan yang bersangkutan.
Demikian keterangan La Pau (54 tahun) kepala pengoperasian ketel pohon Samama di pulau Buru kepada media ini beberapa waktu lalu.
Dari hasil investigasi di dua lokasi berbeda di bumi Bupolo tersebut belum lama ini, ditemui keterangan dan fakta yang berbeda.
Pada lokasi ketel pohon Samama La Pau mengatakan, pembagian jatah minyak kayu putih dalah dari 500 kg daun minyak kayu putih di mana pengusaha yang mengontrak ketel mendapat jatah 40 kg sementara 460 kg adalah milik petani. Artinya, jatah pengusaha lebih kurang dari 10 persen.
Menurut pria yang telah bekerja selama 6 tahun pada perusahaan minyak kayu putih itu, pengusaha juga telah berkontribusi dengan menyediakan bahan-bahan bagi pembangunan rumah tempat ketel tersebut.
Dikatakan, pengusaha seperti Ongko Tuya sering membantu para pekerja pada ketel di Desa Jamilu, yakni La Hia, La Mija, La Hajina, Wasua dan La Nime.
Sementara pada ketel Paraboti di dusun Batuboi, menurut La Kesema, dari jatah 300 kg dan minyak kayu putih, pengusaha hanya mendapatkan jatah 30 kg, sementara 270 kg sisanya merupakan milik petani.
Diakuinya, pengusaha sangat berkontribusi dalam penyediaan bahan bagi pembangunan rumah ketel, dan peralatan lainnya seperti wajan.
Dengan demikian, Ongko Tuya mendapat keuntungan hanya berkisar 10-20 persen, bila dipastikan pengusaha minyak kayu putih merugi dalam proses produksi komoditi yang sangat terkenal dari pulau Buru ini.
Hanya satu hal yang menguntungkan bagi pengusaha adalah mereka berhak untuk membeli seluruh hasil minyak kayu putih di ketel-ketel milik Pemkab Buru tersebut, dan itupun sesuai harga pasaran.
Selain itu, para pengelola ketel juga menampik issu yang menyebutkan pengusaha mengambil untung 80 persen.
“ Informasi itu tidaklah benar karena kalau hal itu terjadi, maka para petani dan pekerja akan berpindah pada pemilik ketel lain,”tampik Kesema.
Ongko Tuya dalam kesempatan terpisah mengatakan, esensi dari bisnisnya adalah memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan maupun pekerja.
“Inilah faktor yang membuat pekerja tetap loyal pada usaha miliknya.”pungkas Ongko Tuya.(TM02)