Ambon, Tribun Maluku: Maluku resmi dipilih sebagai lokasi pengembangan pusat konservasi satwa liar oleh inisiatif global Biodiversity Finance (Biofin).
Pemilihan ini dilakukan setelah UNDP berkonsultasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) dan Kehutanan (Kemenhut), yang menilai Maluku sebagai hotspot keanekaragaman hayati di Indonesia Timur.
Kepala Perwakilan UNDP Indonesia, Sara Ferrer Olivella, menyebut program ini berbeda karena menggunakan skema pembiayaan inovatif.
“Kami bekerja sama dengan dua kementrian ini untuk mengembangkan pusat konservasi satwa. Ini spesial karena menggunakan mekanisme pembiayaan inovatif, termasuk sukuk yang biasanya untuk infrastruktur, tetapi sekarang diarahkan untuk melindungi satwa dan keanekaragaman hayati,” ujarnya saat berkunjung ke Balai KSDA Maluku, Senin (29/9/2025).
Sara menegaskan, Maluku diproyeksikan sebagai model percontohan global untuk itu UNDP menggandeng Pihak pihak terkait untuk melihat secara langsung
“Selama ini mereka hanya mendengar laporan perkembangan, tapi sekarang bisa melihat bukti nyata: pusat konservasi ini berjalan dan sudah menyelamatkan ribuan satwa ke alam bebas,” katanya.
Ia menambahkan, pembiayaan inovatif akan menjadi instrumen penting bagi daerah lain di Indonesia.
“Inisiatif ini bukan hanya soal Maluku. Ke depan, model ini bisa diterapkan di seluruh Indonesia, bahkan dunia,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, UNDP juga menghadirkan tim global Biofin dari New York dan Istanbul untuk memberikan masukan langsung terhadap program konservasi di Maluku.
Sementara itu ditempat yang sama, Biofin Program Manager, Martin Cadena, menilai Indonesia termasuk negara yang paling maju dalam pembiayaan keanekaragaman hayati.
“Biofin bekerja di 133 negara, dan Indonesia salah satu yang terdepan. Banyak negara masih baru, mereka bisa belajar dari Indonesia, terutama dalam penggunaan sukuk,” jelasnya.
Cadena menekankan, solusi pendanaan tidak cukup hanya mengandalkan uang.
“Kadang-kadang yang dibutuhkan adalah perubahan kebijakan, misalnya undang-undang untuk menarik tiket masuk kawasan wisata. Jadi pendanaan konservasi itu harus menyentuh semua aspek,” katanya.
Ia mengungkapkan, di bawah payung Biofin, 90 negara akan menyusun rencana aksi dengan target menghasilkan 500 solusi pembiayaan keanekaragaman hayati.
“Tidak lama lagi, akan ada semacam ‘menu global’ berisi berbagai solusi pendanaan yang bisa dipilih sesuai kebutuhan tiap negara,” tandasnya.
Dengan model Maluku, UNDP berharap Indonesia menjadi pionir dunia dalam inovasi keuangan berkelanjutan demi melindungi satwa liar dan keanekaragaman hayati.
Untuk diketahui, dalam kunjungan tersebut, rombongan UNDP dan Biotin didampingi Kepala BKSDA Maluku mengunjungi Pusat Konservasi Satwa Maluku melihat satwa-satwa liar yang sementara dikarantina dan siap dilepaskan ke alam liar